Namun ada lebih dari satu versi terkait doa buka puasa yang ada dimasyarakat. Hal ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Ada banyak kemungkinan. Salah satu kemungkinan Rasulullah pada satu amalan tertentu mengucapkan doa yang berbeda. kemudian diriwayatkan dengan jalur periwayatan yang berbeda.
Jika demikian, status kekuatan riwayat masing-masing diverifikasi terlebih dahulu. Jika status kekuatan riwayat tersebut sama shahihnya, boleh memilih mana yang ingin diamalkan.
Namun apabila terdapat hadist dengan status shahih dan yang lain dhaif, maka pilihan yang terbaik yang akan diamalkan berdasarkan hadits yang memiliki riwayat shahih.
Di Indonesia, masyarakat lebih populer dengan lafadz doa buka puasa berdasarkan riwayat Muadz bin Zuhrah, menyebutkan lafadz yang diucapkan Rasulullah ketika berbuka,
Doa ini selalu diajarkan di sekolah umum, di taman pendidikan al-Quran hampir di tiap masjid, dan berbagai majelis ilmu serta pengajian.
Dalam riwayat hadits tersebut terdapat nama Abdul Mulk bin Harus sebagai perawi. perawi ini dinilai para ulama, sebagai perawi yang Matruk, Muttaham bil kidzbi dan Wadh’ul hadits. dan status hadits diatas dinilai dha’if.
Ada satu lagi lafadz doa buka puasa selain yang telah disebutkan diatas dan memiliki riwayat hadits yang lebih kuat. Begini bunyi lafadz nya
Syaikh Nashiruddin al-Albani menilai hadits ini hasan (Misykatul Mashabih, 1/621, Shahih Abu Daud, 7/124, Irwa-ul Ghalil, 4/39, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, 2/855)
Ranah ini sebenarnya memang ranah ikhtilaf, dimana seseorang boleh memilih pendapat yang diyakininya memiliki argumentasi paling kuat yang disertakan dengan hadits yang menyebutkan keutamaan doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka.
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ada juga hadits yang sejalan dari Abdullah bin Amru ia berkata, Rasulullah bersabda,
Berdasarkan hadist keutamaan doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, seorang Muslim diperbolehkan berdoa dengan lafadz apapun sesuai dengan hajat dunia & akhirat yang diminta kepada Allah Ta’ala.
Mungkin ini jadi dasar penggunaan lafadz doa buka puasa dari hadist yang dhaif, yang diperbolehkan sebagian kalangan. selain itu, dilansir dari laman dakwah.id menyebutkan terkait doa buka puasa ini, beberapa ulama membolehkan penggunaan hadits dhaif ini.(fatwa.islamweb.net)
“Walau bagaimanapun, jika engkau berdoa dengan lafal itu atau dengan lafal lainnya pada saat buka puasa, maka itulah tempat doa yang diijabahi.” (Majmu’ Fatawa wa Rasa-il, Syaikh Ibnu Utsaimin, 19/no. 341)
Tampaknya Syaikh Ibnu Utsaimin lebih mengedepankan urgensi waktu mustajab untuk berdoa daripada polemik keshahihan riwayat lafal doa buka puasa. Meski demikian, mengamalkan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan akurasi riwayat yang lebih kuat tentu itu lebih utama dan lebih mendekat kepada kebenaran.[Source]
Leave a Reply