Notification

×

Iklan

Iklan

Profil Tupperware: Raksasa Perkakas Dapur di Ambang Kebangkrutan

Kamis, 19 September 2024 | Kali Dibaca Last Updated 2024-09-19T14:50:19Z
Advertisement

Pages/Halaman:
Marketplace
Maintenance
Tupperware,Tupperware Bangkrut,Ekonomi,Berita Ekonomi,Financial,Bisnis,Tupperware US,Tupperware Competitors,Tupperware Company,Tupperware USA,Tupperware Party,Amerika Serikat,United States,United States of America,International,Amerika
Perusahaan pembuat perkakas rumah tangga, Tupperware, terancam bangkrut. Ilustrasi. (AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER).
SAFAHAD Technology - Perusahaan yang memproduksi alat-alat rumah tangga, Tupperware, kini menghadapi ancaman kebangkrutan dan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11.

Produk Tupperware sangat dicintai masyarakat, khususnya kaum perempuan. Ikatan cinta seorang ibu terhadap anaknya sebanding dengan kecintaan mereka pada produk Tupperware.

Sering kali, para ibu marah kepada anak-anak mereka jika wadah makan atau botol minum dari merek terkenal ini hilang. Walaupun menjadi favorit banyak ibu rumah tangga, Tupperware terjebak dalam arus perubahan zaman.
Asal-usul perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat (AS) ini sulit bersaing melawan rival-rival yang menawarkan wadah penyimpanan lebih murah dan ramah lingkungan.

Dari dokumen permohonan kebangkrutan yang diajukan, terungkap bahwa aset Tupperware berada antara US$500 juta hingga US$1 miliar. Namun utangnya jauh lebih besar, mencapai antara US$1 miliar hingga US$10 miliar.

Didirikan pada tahun 1946 oleh Earl Silas Tupper—seorang pengusaha asal AS kelahiran 1907—Tupperware Brands Corporation sudah bertransformasi menjadi perusahaan publik. Mereka tercatat di Bursa Efek New York (NYSE) dengan simbol saham TUP.

Baca Selengkapnya, Pages / Halaman 2
Dalam website resminya, diklaim bahwa produk Tupperware telah hadir di lebih dari 80 negara di seluruh dunia. Salah satu contohnya adalah Indonesia, tempat terdapat lebih dari 150 ribu tenaga penjual independen tersebar di 203 lokasi kantor penjualan.

Tupper juga dikenal karena dedikasinya dalam riset; ia memulai karier risetnya pada usia 21 tahun dan menemukan cara untuk mengolah ampas biji hitam polyethylene menjadi plastik yang ringan, kuat serta tidak berbau.

Pada tahun 1938, Tupper mendirikan usaha plastiknya sendiri dengan nama Earl S Tupper Company dan mengajukan paten untuk produknya yang dinamakan Poly-T. Ia kemudian mengguncang pasar Amerika Serikat setelah Perang Dunia II dengan peluncuran produk pertamanya, yaitu wadah penyimpanan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler di bawah merek Tupperware.

Sejak itu, popularitas Tupperware melesat pesat, khususnya di kalangan wanita pascaperang. Salah satu strategi promosi yang digunakan adalah melalui acara Tupperware Home Party, yang pertama kali diperkenalkan oleh Brownie Wise.

"Diperkirakan hampir setiap 1,3 detik diselenggarakan Tupperware Party di salah satu sudut dunia," klaim Tupperware di situs resmi mereka, dikutip Kamis (19/9).

CEO Tupperware Laurie Goldman sempat berusaha menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Mereka melakukan restrukturisasi utang dan menandatangani kesepakatan dengan bank investasi Moelis & Co untuk mengeksplorasi alternatif strategis.

Baca Selengkapnya, Pages / Halaman 3
Sayangnya, usaha yang dilakukan pada tahun 2023 itu tidak memadai. Problematika likuiditas perusahaan membuat Tupperware ragu akan kemampuan bisnis mereka untuk bertahan.

"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan makroekonomi yang menantang," ujar Goldman dalam suatu pernyataan.

Kini Goldman dan timnya memerlukan izin pengadilan terkait perlindungan kebangkrutan. Jika disetujui, Tupperware akan terus memasarkan produknya sambil merencanakan proses penjualan usaha mereka.

Editor: Abdul Hamid
Referensi: Berbagai Sumber

CLOSE