Notification

×

Iklan

Iklan

Tips Waktu Olahraga Bagi Penderita Obesitas dan Diabetes Tipe 2 Berdasarkan Penelitian

Jumat, 03 Mei 2024 | Kali Dibaca Last Updated 2024-05-03T15:31:19Z
Advertisement

Pages/Halaman:
Marketplace
Maintenance
Kapan sebaiknya anda harus berolahraga? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa olahraga pada sore dan malam hari paling bermanfaat bagi penderita penyakit obesitas.
Ilustrasi (Xinhua/Pu Xiaoxu)
SAFAHAD Technology - Kapan sebaiknya anda harus berolahraga? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa olahraga pada sore dan malam hari paling bermanfaat bagi penderita penyakit obesitas. Penelitian yang diterbitkan pada 10 April di jurnal Diabetes Care ini mencakup data dari hampir 30.000 pasien diabetes, 10% di antaranya menderita diabetes tipe 2.

Tim peneliti menemukan bahwa partisipan yang paling banyak melakukan aktivitas aerobik antara jam 6 sore hingga tengah malam memiliki risiko paling rendah terkena penyakit jantung dan kematian dini.

“Meskipun kami perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan hubungan sebab akibat, penelitian ini menunjukkan bahwa waktu aktivitas fisik dapat menjadi bagian penting dari rekomendasi untuk manajemen obesitas dan diabetes tipe 2 di masa depan, serta perawatan kesehatan preventif secara umum,” kata penulis studi tersebut yaitu Emmanuel Stamatakis, PhD, profesor aktivitas fisik, gaya hidup, dan kesehatan penduduk di University of Sydney, dalam siaran persnya.
Meskipun berolahraga di malam hari memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi penderita obesitas dan penderita diabetes tipe 2, para ahli menekankan bahwa penting untuk berolahraga kapan saja, karena memiliki manfaat kesehatan yang signifikan.

“Ya, mungkin malam hari adalah yang terbaik, tapi jika kita tidak bisa melakukannya di malam hari, masih ada manfaatnya bahkan di waktu-waktu lain dalam sehari.” ucap Matthew Freeby, MD, ahli endokrinologi dan direktur Gonda Diabetes Center di UCLA Health.

Dalam penelitian "Sabag A, Ahmadi MN, Francois ME, et al. Timing of moderate to vigorous physical activity, mortality, cardiovascular disease, and microvascular disease in adults with obesity“, Sebuah penelitian yang dirilis dalam jurnal Diabetes Care menemukan hubungan antara olahraga malam dan manfaat kesehatan lainnya pada penderita diabetes tipe 2.

Baca Selengkapnya, Pages/Halaman 2...
Namun para peneliti yang menyusun studi baru tersebut ingin menyelidiki teori ini lebih jauh, khususnya untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai dampak jam berolahraga terhadap kesehatan jangka panjang seseorang.

Tim peneliti mengambil data dari 29.836 orang yang terdaftar di database Biobank Inggris. Semuanya mengalami obesitas, dan sekitar 3.000 orang menderita diabetes tipe 2. Usia rata-rata peserta adalah 62 tahun, dan 53% adalah perempuan.

Selama seminggu, para peserta memakai akselerometer pergelangan tangan, yang memungkinkan para peneliti melacak secara akurat aktivitas fisik moderat hingga berat (dikenal sebagai MVPA – moderate to vigorous physical activity).

Ini mencakup segala jenis gerakan yang meningkatkan detak jantung seseorang, seperti jalan cepat, lari, dan bersepeda. Dengan menggunakan data ini, penulis penelitian menganalisis apa yang dilakukan para peserta dan membagi mereka menjadi tiga kelompok berdasarkan apakah mereka melakukan sebagian besar MVPA di pagi, siang, atau malam hari.

Setelah memantau kesehatan para peserta selama hampir delapan tahun, para peneliti menemukan bahwa mereka yang melakukan sebagian besar MVPA di malam hari memiliki risiko paling rendah terkena penyakit kardiovaskular dan penyakit mikrovaskuler, suatu kondisi jantung yang mempengaruhi arteri yang lebih kecil.

Temuan ini tercermin pada subset peserta yang mengalami obesitas dan diabetes tipe 2, dan faktanya, menurut penulis penelitian, olahraga malam dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah pada kelompok ini.

Baca Selengkapnya, Pages/Halaman 3...
Meskipun ada manfaat kesehatan yang signifikan terkait dengan aktivitas fisik sedang hingga berat (MVPA) di malam hari, olahraga teratur lebih baik daripada tidak berolahraga dalam mengurangi risiko penyakit.

Karena penelitian ini merupakan penelitian observasional, penelitian ini mungkin bias dan tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat antara olahraga malam hari dan risiko kematian, penyakit kardiovaskular, dan penyakit mikrovaskuler.

Meski belum diketahui aktivitas apa di malam hari yang dikaitkan dengan manfaat tersebut, penulis penelitian mengemukakan bahwa aktivitas fisik malam hari dapat bermanfaat bagi tubuh dengan mengatur kadar gula darah di pagi hari.

Para penulis menegaskan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hubungan antara aktivitas malam hari dan penurunan risiko kematian atau penyakit jantung. Secara umum, orang dewasa harus mendapatkan 150 menit MVPA per minggu selain dua hari olahraga penguatan otot, jelas Freeby. Ini dapat dibagi menjadi lima sesi 30 menit.

Jadi jika seseorang dengan diabetes tipe 2 atau obesitas dapat berolahraga antara jam 6 sore dan tengah malam, mereka mungkin ingin mempertimbangkan mencobanya. Meskipun jadwal seperti itu mungkin tidak realistis untuk semua orang, ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin merasa sulit untuk berolahraga, jelas Emily Nosova, MD, asisten profesor endokrinologi di Mount Sinai Hospital.

Emily juga selalu mengatakan kepada pasiennya bahwa dia tidak mengharapkan mereka lari maraton atau bahkan berinvestasi dalam keanggotaan gym karena itu akan mahal. Sebaliknya, latihan fisik ringan kapan saja sepanjang hari tetap baik untuk kesehatan.

Baca Selengkapnya, Pages/Halaman 4...
“Sebagian besar pasien saya memiliki pekerjaan yang tidak banyak bergerak, itulah realitas budaya dan gaya hidup kita saat ini, dan apabila ada kesempatan untuk bangun sekali dalam satu jam dan melakukan jalan kaki atau menaiki tangga, maka Anda harus melakukannya.” kata Emily.

Emily menekankan pentingnya untuk tidak membuat rekomendasi yang dapat mencegah orang untuk bergerak jika mereka memiliki kesempatan. Apakah ingin melakukannya di pagi hari, siang atau malam hari tergantung pada kecocokan dan kenyamanan jadwal individu.

Bagi orang yang belum terbiasa berolahraga, Emily menyarankan untuk memulainya dengan pengawasan, seperti pelatih pribadi atau teman yang dapat membantu memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan detak jantung.

Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang kelebihan berat badan, obesitas, atau menderita diabetes tipe 2. Hal ini karena memiliki kondisi medis lain yang dapat terpengaruh oleh olahraga, seperti tekanan darah tinggi.

Jika merasa pusing, jantung berdebar debar atau merasa tidak dapat melanjutkan, disarankan harus berhenti sejenak. Dan saat memulai rutinitas olahraga baru, ada baiknya juga berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah ada tanda peringatan khusus yang harus diwaspadai.

Referensi: Liputan6

CLOSE