Notification

×

Iklan

Iklan

Mengungkap Keberadaan Harimau Jawa yang Dianggap Punah

Minggu, 24 Maret 2024 | Kali Dibaca Last Updated 2024-03-24T17:07:59Z
Advertisement

Pages/Halaman:
Marketplace
Maintenance
Harimau jawa memang telah dinyatakan punah sejak puluhan tahun lalu atau tepatnya sekitar tahun 1980-an.
Perburuan Harimau Jawa Bogor-Sukabumi Sekitar Cicurug. Foto: Bartels/Dok Yayasan Dapur Kipahare
SAFAHAD Technology - Harimau jawa memang telah dinyatakan punah sejak puluhan tahun lalu atau tepatnya sekitar tahun 1980-an. Namun hewan bernama latin Panthera tigris sondaica ini seringkali disebut-sebut masih ada dan keberadaannya kerap dilihat oleh warga.

Bukti terbaru, warga Desa Cipendeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi menemukan sehelai rambut diduga milik harimau jawa pada 2019 lalu. Kemudian sehelai rambut itu diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hasilnya, tim peneliti mengungkap jika sehelai rambut itu benar merupakan rambut harimau jawa.

Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam sebuah jurnal Oryx, terbitan Cambridge University Press pada 21 Maret 2024 berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample (Apakah harimau jawa Panthera tigris sondaica masih ada? Analisis DNA dari sampel rambut terbaru)".
Namun sebelum temuan sehelai rambut itu, rupanya telah banyak laporan mengenai dugaan kemunculan harimau jawa di berbagai daerah. Hal itu diungkap peneliti mamalia, Ahli Utama Pusat Riset Biosistematik dan Evolusi BRIN, Wirdateti.

Wirdateti mengatakan sejatinya penelitian terhadap harimau jawa telah berhenti sejak dinyatakan punah. Namun menurutnya, tim peneliti tidak bisa membiarkan laporan masyarakat terkait harimau jawa itu.

"Kan sebenarnya gini, ahli mengatakan harimau jawa sudah punah, jadi tidak ada tendensi selama ini melakukan penelitian lagi ke arah harimau jawa atau harimau bali yang sudah dianggap punah," kata Teti sapaannya saat dihubungi detikJabar, Sabtu (23/3/2024).

"Tapi kita tidak bisa juga mengenyampingkan laporan dari masyarakat," imbuhnya.

Selanjutnya, Halaman 2

Teti mengungkapkan laporan terkait dugaan kemunculan harimau jawa banyak disampaikan masyarakat. Dia mencontohkan, di wilayah Mojokerto, Jawa Timur ada seorang warga yang mengaku melihat seekor harimau berkeliaran.

Begitu juga di wilayah Kediri, hingga kawasan Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Meski tak merinci kapan laporan itu ada, namun dia memastikan tidak sedikit masyarakat yang mengungkap keberadaan harimau jawa.

"Misal di Jatim daerah Mojokerto itu, katanya dia (warga) lihat sendiri harimau itu. Kemudian di Kediri juga ada yang menemukan, kan banyak laporan. Kemudian daerah Gunung Ciremai juga ada, kemudian di Banjarnegara juga ada yang melaporkan," ungkapnya.

Untuk di Jawa Barat sendiri, menurutnya di Sukabumi saja, sempat ada laporan warga yang melihat harimau di kawasan suaka margasatwa Cikepuh. Menurutnya saat itu, ada seorang guru dan pengemudi truk yang melihat harimau tengah tertidur di sisi jembatan.

"Di Sukabumi itu ada empat laporan, satu lagi laporannya itu di daerah Cikepuh itu. Itu guru yang cerita, dia bilang pulang sore pakai ojek, kemudian ada sopir (truk), nah dari jembatan kelihatan harimau tidur kayak kucing," ucapnya.

Selanjutnya, Halaman 3

"Dari arah kanan truk dari kiri ibu sama ojek, jadi kasih tahu ke sopir truk ada harimau di depan, ada meong ya bahasa Sunda. Kata sopir truk kenapa gak difoto, tapi hapenya katanya jadul. Si ibunya juga gak bisa (foto), lihatnya saja sudah gemetar," tuturnya.

Dari berbagai laporan tersebut, Teti beranggapan mungkin saja harimau jawa yang memang telah dinyatakan punah, hanya punah dari penglihatan manusia. Tapi sebenarnya, hewan karnivora itu masih ada dan eksis hingga kini. Namun hal itu kata dia baru dugaan semata.

"Jadi setelah itu kita bilang ke BKSDA untuk memasang kamera trap cuma kan harimau itu kalau dia kadang disebut punah, punah dilihat orang, tapi mungkin masih dia ada bisa jadi," jelasnya.

Sayangnya, semua laporan yang masuk mengenai keberadaan harimau jawa itu tidak pernah bisa dibuktikan secara fisik, khususnya melalui dokumentasi foto maupun video. Pembuktian secara fisik itulah yang hingga kini terus dikejar tim peneliti.

"Gak ada (bukti fisik), harimau jawa kan nggak ada foto (baru), lama semua, zaman Belanda semua. Itu belum bisa dibuktikan," katanya.

Selanjutnya, Dorong BKSDA Perbanyak Kamera Trap

Dorong BKSDA Perbanyak Kamera Trap

Lebih lanjut, Teti mengatakan setelah publikasi hasil penelitian sehelai rambut dinyatakan benar berasal dari harimau jawa, BRIN selanjutnya akan melakukan riset kembali. Namun, dia mendorong pihak terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk ikut bergerak.

"Kalau kita kan dari sisi riset ya, yang harus utama dari manajemen ya, artinya KLHK ya, BKSDA. Saya nggak mengatakan harimau jawa masih ada di alam, tapi berdasarkan hasil analisis rambut itu menunjukkan (dari) harimau jawa," ucap Teti.

Menurutnya BRIN siap membantu KLHK untuk melakukan penelitian lebih jauh terkait harimau jawa. Namun untuk sementara ini, langkah yang paling cepat dan memungkinkan untuk dilakukan adalah memperbanyak pemasangan kamera trap di titik yang disebut jadi lokasi kemunculan harimau jawa.

"Riset perlu dilakukan karena kalau dibiarkan temuan itu gak dianggap, jadi kita lakukan riset lapang dan laboratorium. Riset itu gak harus ketemu dulu, bisa jadi dari tapak kakinya ada perbedaan dengan macan tutul, bisa jadi," ujarnya.

"Disamping pemasangan kamera trap, perluasan pemasangan yang memungkinkan untuk saat ini. Itu yang akan kita lakukan (dorong)," tutup Teti.

Sumber:
  • https://www.detik.com/jabar/berita/d-7258154/mengungkap-eksistensi-harimau-jawa-yang-dianggap-punah

  • CLOSE