SAFAHAD Technology - Tanggal 3 Desember 2023, pukul 14.54 WIB, terjadi sebuah erupsi eksplosif di
Gunung Marapi, Sumatera Barat (
Sumbar). Gunung yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar terpantau masih tampak menyemburkan api hingga Selasa (5/12/2023) siang.
Di balik erupsinya itu, perhatian orang-orang juga tertuju pada sebuah tugu di
Gunung Marapi. Itu adalah Tugu
Abel Tasman. Apakah itu?
Bagi kamu yang pernah mendaki Gunung Marapi, Tugu Abel Tasman tentu bukanlah sesuatu yang asing bagimu. Tugu tersebut kerap dijadikan sebagai penanda jalur menuju puncak Merpati, yakni puncak Gunung Marapi. Mengapa tugu tersebut bisa ada di Marapi? Sebenarnya, ada kisah pilu di baliknya.
Jadi, selain menjadi sebuah penanda bagi para pendaki, Tugu Abel Marapi merupakan sebuah tribute untuk mengenang seorang pendaki bernama Abel Tasman yang meninggal pada 5 Juli 1992.
Kala itu, Abel tidak mendaki sendiri, melainkan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Di pagi hari, Marapi masih terlihat cerah. Namun, siapa sangka jika kondisi tersebut bisa langsung berubah mencekam.
Para pendaki yang telah sampai di Puncak Merpati tiba-tiba mendengar bunyi gemuruh dari arah kawah. Bunyi tersebut disusul dengan asap hitam dan letusan yang begitu keras.
Muntahan abu pun mencuat ke angkasa. Bebatuan panas juga beterbangan ke udara. Nahas, Abel menjadi korban dari hujan batu tersebut.
Pria yang merupakan alumnus SMA 6 Padang itu langsung tewas di tempat. Sehari berselang kematian Abel, jasadnya baru diangkat dan dievakuasi oleh tim SAR dan pendaki lain.
Pembangunan Tugu Abel di Gunung Merapi tidak dilakukan pada tahun itu juga, melainkan dua tahun usai kepergian Abel. Tugu Abel dibangun pada 5 Juli 1994.
Tugu tersebut sengaja dibangun menyerong mengarah ke Puncak Merpati. Bukan tanpa sebab, ini untuk menunjukkan bahwa Abel meninggal ketika berada di kaki puncak
Gunung Marapi.
Selanjutnya, Mengenal Gunung Marapi
Mengenal Gunung Marapi
Mengutip laman resmi Provinsi
Sumatera Barat,
Gunung Marapi terletak di antara Kabupaten Agam dan Tanah Datar atau pada titik koordinat 0˚22′47.72"LS dan 100˚28′16.71" BT. Gunung ini memiliki ketinggian 2.891 m dpl.
Gunung Marapi juga dikenal dengan nama Gunung Merapi atau Berapi. Namun, jangan sampai salah mengiranya dengan Gunung Merapi yang ada di Jawa Tengah, ya!
Berdasarkan penelitian berjudul Walk in Splendor: Ceremonial Dress and the Minangkabau, University of California, Gunung Marapi menjadi situs pertama yang ditemukan masyarakat Minangkabau awal-awal mendiami Sumatera Barat dulunya.
Diketahui bahwa gunung tersebut telah meletus lebih dari 50 kali. Berikut daftar riwayat letusan Gunung Marapi
Sumbar seperti dilansir detikEdu:
1807-1822: Terjadi adanya suatu letusan
1822: Adanya kepulan asap hitam kelabu, disusul leleran lava disertai sinar api merah tua. Kemudian keluarnya asap dan awan debu.
1833: Beberapa letusan kecil terjadi.
1834: Terjadi letusan kecil.
1845: Terdengar suara gemuruh dari dalam bumi dan terlihat api besar.
1854: Terjadi letusan abu selama beberapa hari.
1855: Terasa gempa bumi dan adanya tiang asap disertai suara gemuruh terus-menerus.
Januari 1856: Kadang-kadang terlihat pancaran api.
April 1861: Aktivitas meningkat
1863: Letusan
1871: Pada 24 April terjadi hujan abu menuju tebal sampai ke Bukittinggi.
1876: Terlihat awan besar dan bongkah laca yang dimuntahkan sejauh 280 m.
1877: Aktivitas bertambah.
Desember 1878: Terdengar suara gemuruh selama 10 menit.
5 Juni 1883: Terjadi letusan abu
27 Agustus 1883: Terjadi letusan abu.
Desember 1883: Terjadi erupsi kecil.
12 November 1885: Terlihat tiang asap.
31 Maret 1886: Terdengar suara gemuruh sebanyak lima kali dan berlanjut dengan letusan abu disertai pasir.
1888: Terjadi letusan abu dan batu pijar sampai tengah malam.
1889, 1904, 1905, 1908, 1910, 1911, 1913: Terjadi aktivitas namun keterangan kurang jelas.
1916: Terjadi letusan kecil beserta hujan abu dan suara gemuruh.
1918: Dasar kawah merah terlihat.
1919: Terjadi ledakan dan awan abu.
1925: Terlihat sumbat lava hitam pada dasar kawah.
1927: Terdengar suara letusan dengan asap berbentuk kembang kol.
1929: Terjadi letusan abu dan lava pijar terlempar.
1930: Terlihat lava pada rekahan di dasar kawah.
1932: Terjadi letusan.
1949: Letusan abu diawali dengan suara gempa bumi.
1951: Letusan abu dari Kepundan Bungsu.
1952: Asap berbentuk kol kembang setinggi 2000 sampai 3000 m diikuti hujan abu.
1955-1958: Kenaikan aktivitas
1967: Kenaikan aktivitas.
1970: Kenaikan aktivitas
1971: Letusan abu di Kepundan B dan C
1972: Peningkatan kegiatan solfatara di Kawah B dan C dan Bungsu.
1973: Letusan gas asap dalam Kawah Verbeek.
1975: Letusan eksplosif disertai suara gemuruh dan lontaran material pijar dari kawah Verbeek.
1977: Letusan dari kawah Verbeek.
1978: Letusan eksplosif di kawah Verbeek.
1980: Letusan eksplosif dengan suara gemuruh.
1981-1983: Peningkatan aktivitas.
1984: Letusan di Kawah Tuo.
1985: Peningkatan aktivitas.
1987: Letusan eksplosif.
1988: Rentetan letusan eksplosif. Disertai suara gemuruh dan sinar api.
1989: Terjadi letusan eksplosif dengan suara gemuruh dan sinar api
1990: Kembali terjadi letusan eksplosif dengan gemuruh dan sinar api
Oktober 2005: Letusan abu terjadi hampir setiap hari.
2017: Terjadi letusan
Januari 2023: Kembali erupsi
Desember 2023: Terjadi erupsi
Sumber: https://www.detik.com/sumut/wisata/d-7075171/tugu-abel-gunung-marapi-penanda-jalur-yang-menyimpan-memori-pilu
Simak Video "Perdana Mendaki ke Gunung Marapi Berakhir Petaka"