Pages/Halaman:
Marketplace
Maintenance
Sejumlah warga melakukan aksi berjalan di atas banner yang bergambar bendera Israel di kawasan CFD Jakarta, Bundaran HI, Jakarta, Minggu (12/11/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
SAFAHAD Technology - Agresi Israel ke Palestina belum tampak akan surut meski telah berlangsung lebih dari sebulan. Selain unjuk rasa dan pernyataan terbuka, ajakan boikot produk Israel kembali menggema. Gelombang itu bahkan dipertegas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Apakah gerakan ini efektif di Indonesia?
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, aksi boikot produk pro Israel yang dilakukan masyarakat berpengaruh terhadap realisasi investasi. Hanya saja pengaruhnya tidak besar.
"Ada (pengaruhnya) tapi belum dalam. Itu karena (aksi boikotnya) baru. Jadi ada, sekali pun kecil," ujar Bahlil saat ditanya Republika usai menghadiri Anugerah Layanan Investasi (ALI) 2023 di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Irfan Syauqi Beik mengatakan boikot bisa dilakukan untuk menekan Israel. "Yang diperhatikan adalah bagaimana dampak dan seberapa besar kekuatan masyarakat menurunkan permintaan terhadap produk-produk terafiliasi Israel tersebut?" ujarnya kepada Republika, Ahad (12/11/2023).
Irfan menyebut kekuatan memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel akan semakin besar ketika masyarakat secara mudah menemukan alternatif pengganti produk tersebut. Misal produk kopi, alternatifnya produk kopi lokal atau restoran ayam lokal. Hanya saja, Irfan melihat beberapa hal masih sulit dicarikan subsitusinya.
"Paling tidak, apa yang bisa dilakukan, lakukan," kata.
Konsultan bisnis dan pakar marketing Yuswohady menilai aksi boikot produk Israel yang dilakukan masyarakat Indonesia bersifat Fear Of Missing Out (FOMO) atau perasaan takut tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Nantinya setelah terjadi gencatan senjata oleh Israel dan Palestina maka FOMO akan menghilang.
Yuswohady mengatakan, aksi boikot dan adanya fatwa dari MUI ini menjadi momentum untuk brand lokal, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk menggaet pasar. Namun, brand lokal dan para pelaku usaha harus melakukannya secara elegan.
Halaman Selanjutnya...
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membangun koneksi emosional serta empati konsumen dengan rakyat Palestina. Pelaku usaha bisa melakukannya dengan ajakan memberi bantuan atau donasi untuk rakyat Palestina bila membeli produk mereka.
"Ini harus dilakukan dengan tulus. Brand lokal atau UKM bisa memberi bantuan dan donasi untuk menggaet konsumen. Perlu diingat, brand jangan ikut lakukan boikot, cukup konsumen yang melakukan boikot. Natural saja, gunakan pendekatan koneksi emosional, simpati, dan empati," kata Yuswohady.
Masyarakat di Tanah Air pun mulai beralih ke produk lokal. Salah satunya Vivin Anggraini yang mengaku mulai melirik produk buatan dalam negeri setelah ajakan boikot marak. "Sudah enggak pernah beli Starbucks lagi," ujar wanita yang bekerja di perusahaan logistik di Jakarta Utara ini, Selasa (7/11/2023).
Ia menambahkan, kini lebih sering membeli produk kopi buatan anak bangsa. Vivin pun mengganti produk skincare ke produk lokal. Ia menilai, kini sudah banyak skincare buatan dalam negeri yang bagus dan dikemas menarik.
Pegawai Dinas Sosial di Tegal bernama Ade Nur Afifah pun mengaku mulai selektif saat berbelanja bulanan. Hanya saja, kata dia, sekarang masih menghabiskan beberapa produk yang telah dibeli sebelumnya.
Ia juga menuturkan, kini tidak pernah lagi makan di restoran cepat saji Mcdonals. Padahal sebelumnya Ade sering ke sana bersama anaknya untuk mengikuti kegiatan Mckids. "Itu semacam Club Mcd untuk anak-anak. Sejak ada aksi boikot, Mcd semakin sering buat acara Mckids, tapi anak saya sudah bolos dua kali," ungkap dia.
Halaman Selanjutnya...
Meski beberapa orang mulai beralih ke produk lokal, tapi Asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) mengaku, belum banyak mengerek penjualan produk UMKM. "Namun banyak peluang terbuka seperti merchandise, konveksi, lambang Palestina, dan lainnya," ujar Ketua Akumandiri Hermawati Setyorinny kepada Republika.
Hermawati menyatakan, mayoritas produk yang diboikot merupakan produk dengan daya beli masyarakat menengah ke atas. Maka, yang terkena dampak boikot tersebut yakni pengusaha importir atau pedagang yang menjual berbagai merek tersebut.
Melihat seruan boikot produk Israel, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan hal tersebut dapat menjadi peluang bagi produk dalam negeri untuk lebih menembus pasar global. "Produk lokal bisa menembus pasar global dengan membawa nilai-nilai isu sosial dari produknya," kata Teten di Senayan, Jakarta, pekan lalu.
Sumber: https://ekonomi.republika.co.id/berita/s421lo457/fatwa-mui-haram-beli-barang-israel-dan-gerakan-kembali-ke-lokal-part2